Selama ini kita hanya
mengenalnya sebagai H. Muthahar, namun setelah ditelusuri lebih dalam, ternyata
beliau adalah seorang habib, yang mempunyai garis keturunan dari Nabi Muhammad Saw.
Keturunan beliau (Keponakan) yang sekarang masyhur dikalangan Ahlus Sunah Nusantara
adalah Habib Umar Muthahar ( Semarang ).
![]() |
Habib Umar Muthahar ( Semarang ) |
Nama beliau adalah
Habib Muhammad Husein Muthahar, ia juga dikenal sebagai penyelamat bendera
pusaka asli (kisah heroik di Yogyakarta saat terjadi Agresi Militer Belanda II
– red) dan pendiri Paskibraka.
Sebagaimana dikutip
dari forum Gemuis Betawi, Habib Muhammad Husein Muthahar selain pelopor
kemerdekaan ia juga seorang komposer lagu perjuangan Indonesia yang hebat, ia
telah menciptakan ratusan lagu perjuangan Indonesia, seperti lagu nasional Hari
Merdeka, Hymne Syukur, Hymne Pramuka, Dirgayahu Indonesiaku, juga lagu
anak-anak seperti Gembira, Tepuk Tangan Silang-silang, Mari Tepuk dan banyak
lagi yang lainnya, namun Lagu Hari Merdeka dan Hymne Syukur adalah salah satu
lagu fenomenal yang diciptakan oleh Habib Muhammad Husein Muthahar.
Terkait penciptaan lagu
Hari Merdeka, ada satu cerita yang menarik. Ternyata inspirasi lagu Hari
Merdeka ini muncul secara tiba-tiba saat beliau sedang berada di kamar kecil
salah satu hotel di Yogyakarta.
Bagi seorang komposer,
setiap inspirasi tidak boleh dibiarkan lewat begitu saja. Beliau pun
cepat-cepat meminta bantuan Pak Hoegeng Imam Santoso (Kapolri pada 1968–1971).
Saat itu Pak Hoegeng belum menjadi Kapolri.
Sang Habib menyuruh Pak
Hoegeng untuk mengambilkan kertas dan pulpen. Berkat bantuan Pak Hoegeng, akhirnya
jadilah sebuah lagu yg kemudian diberi judul “Hari Merdeka”. Sebuah lagu yang
sangat fenomenal dan sangat terkenal dan banyak dinyanyikan oleh segenap
lapisan rakyat Indonesia, bahkan anak-anak pun sangat hafal dan pandai
menyanyikannya.
Sekilas Tentang Habib Husein Muthahar
![]() |
Habib Husain Muthahar |
“Husein Muthahar”,
lahir di Semarang, Jawa Tengah pada tgl 5 Agustus 1916. Perjalanan pendidikan
formalnya dimulai dari ELS (Europese Lagere School atau sama dgn SD Eropa
selama 7 thn) , kemudian dilanjutkan ke MULO (Meer Uitgebreid Lager Ondewwijs
atau sama dgn SMP selama 3 tahun) dan dilanjutkan ke AMS (Algemeen Midelbare
School atau sama dgn SMA selama 3 tahun) Jurusan Sastra Timur khususnya Bahasa
Melayu, di Yogyakarta. Kemudian beliau melanjutkan ke Universitas Gajah Mada dengan
mengambil Jurusan Hukum dan Sastra Timur yang khusus mempelajari Bahasa Jawa
Kuno. Namun perkuliahannya hanya 2 tahun, drop out (DO) karena harus ikut
berjuang.
Habib Husein Muthahar
terlibat Pramuka sejak awal lembaga kepanduan berdiri. Beliau adalah salah
seorang tokoh utama Pandu Rakyat Indonesia, gerakan kepanduan independen yang
berhaluan nasionalis. Ia juga dikenal anti-komunis. Ketika seluruh gerakan
kepanduan dilebur menjadi Gerakan Pramuka, Habib Husein Muthahar juga menjadi
tokoh di dalamnya.
Habib yang juga mantan
duta besar Italia ini, meninggal dunia di Jakarta tanggal 9 Juni 2004 di usia
88 tahun.
Walaupun beliau berhak
dimakamkan di Makam Taman Pahlawan Kalibata karena memiliki Tanda Kehormatan
Negara Bintang Mahaputera atas jasanya menyelamatkan Bendera Pusaka Merah Putih
dan juga memiliki Bintang Gerilya atas jasanya ikut berperang gerilya pada
tahun 1948-1949, tetapi beliau tidak menginginkan itu.
Sesuai dengan wasiat
beliau, akhirnya pada 9 Juni 2004 beliau dimakamkan sebagai rakyat biasa di
Tempat Pemakaman Umum (TPU) Jeruk Purut Jakarta Selatan.